Minggu, 07 Juli 2013

BERTERNAK ITIK SECARA INTENSIF

BERTERNAK ITIK SECARA INTENSIF

I. Pendahuluan
Secara garis besar peternakan itik di dunia berkembang sangat pesat, pada awalnya di budidayakan secara ekstensif berkembang menjadi semi intensif dan hingga pada saat ini di kembangkan secara intensif.
Dalam dunia pertanian istilah intensifikasi merupakan paduan kegiatan yang menyangkut penggunaan teknologi, manajemen dan efisiensi penggunaan lahan yang memberi daya guna optimal. Demikian juga usaha pemeliharaan itik intesif dapat diartikan sebagai usaha peningkatan cara pemeliharaan dari tradisional kearah yang lebih mendukung produktifitas.
Dari penelitian yang dilakukan Balai Penelitian Peternakan Ciawi Bogor bahwa pemeliharaan itik secara intesif potensi produksi rata-rata dapat tercapai 60 % atau sekitar 220 butir/ekor/tahun. Jika komposisi makanannya terdiri atas protein 15 s.d 1 7 %, energi metabolisme 2.900 kkal/kg, serta kalsium dan fosfat 1,3 %. Kenyataan ini menunjukan bahwa pemeriharaan secara intesif sanggup menaikan tingkat produksi telur sekitar 37,5 %, di banding cara tradisonal yang hanya 10 s.d 41 % atau rata-rata 22,5 % artinya jumlah telur yang dihasilkan hanya sekitar 82 butir/ekor/tahun.

II. Sejarah Itik
Menurut sejarah Pustaka, nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara. Nenek moyang itik ini merupakan itik liar (Anas moscha) atau wild mallaard. Selanjutnya itik liar ini dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara sekarang yang disebut Anas domesticus (Suharno Bambang, Amri Khairul, 1995).

III. Sifat-Sifat Itik
Di banding dengan unggas lain, itik memiliki keunggulan sebagai berikut :
ü  Mampu mempertahankan produksi telur lebih lama,
ü  Bila dipelihara dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekalipun, itik masih mampu berproduksi dengan baik,
ü  Umumnya tingkat morbilitas dan mortalitas rendah,
ü  Itik selalu bertelur di pagi hari, dengan demikian kegiatan pengambilan telur dilakukan sekali sehari sebagai peternak dapat melakukan kegiatan lainnya,
ü  Dengan pakan yang berkualitas rendah itik masih mampu bertelur,
ü  Telurnya baik dijadikan untuk telur asin dan jamu.

IV. Jenis-Jenis Itik
Tidak semua itik potensial sebagai penghasil telur. Itik-itik yang mampu bertelur cukup banyak dan secara ekonomis menguntungkan yang digolongkan sebagai itik petelur. Di antara itik-itik petelur ini ada beberapa yang merupakan petelur unggul yang sering kali dijuluki sebagai mesin telur.
Beberapa jenis itik petelur yang dikenal di indonesia antara lain :
ü  Khaki Campbell,
ü  CV 2000,
ü  Tegal,
ü  Alabio,
ü  Bali,
ü  Mojosari.
Adapun kemampuan produksi telur dan bobot telur dari jenis-jenis itik tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jenis Itik
Jumlah Telur(Butir/Thn/ekor)
Bobot Telur (Gram/butir)
Khaki Campbell
CV 2000
Tegal
Mojosari
Alabio
Bali
300 – 330
285 – 286
150 – 250
200 – 265
130 – 250
153 – 250
60
75
65 s.d 70
70
65 s.d 70
59 s.d 65
Sumber : Balitnak Ciawi Bogor.

V. Sapta Usahatani Budidaya Itik
Dalam budidaya itik lebih menguntungkan apabila kita memulainya dengan memelihara itik pada fase layer yaitu itik yang sudah siap untuk memproduksi telur. Adapun usia itik yang sudah dapat menghasilkan telur yaitu antara 6 s.d 7 bulan.
Perbandingan populasi itik petelur yaitu 50 ekor betina : 1 ekor jantan, kalau untuk ditetaskan yaitu 1 ekor jantan : 5 s.d 10 ekor betina.
1. Bibit
  Adapun langkah awal dalam pemilihan bibit itik yang unggul yaitu :
ü  Kepala halus, pipih dan papar,
ü  Letak mata agak tinggi, menonjol dan bercahaya,
ü  Leher langsing, bulat dan tegak,
ü  Sayap rapat pada badan dan ujungnya tersusun rapih pada pangkal ekor,
ü  Penampilan lincah dan gesit,
ü  Kaki nampak kokoh,
ü  Berasal dari keturunan yang dapat berproduksi tinggi dan tidak cacat.
2. Kandang
Kandang harus sudah tersedia sebelum budidaya itik berlangsung. Adapun syarat-syarat kandang yang akan digunakan dalam budidaya itik yaitu :
ü  Kandang harus sejuk dengan ventilasi udara baik,
ü  Bagian kandang banyak terbuka,
ü  Jauh dari pemukiman penduduk,
ü  Posisi kandang panjangnya menghadap ke timur dan barat dan lebarnya menghadap keutara dan selatan,
ü  Suasana lingkungan kandang tenang dan tidak bising,
ü  Ketersediaan air berlimpah,
ü  Kebersihan kandang selalu terjaga dan selalu kering.
Peternak harus mengetahui bahwa kepadatan kandang yaitu 5 s.d 6 ekor/m2, sedangkan kepadatan halaman 2 s.d 3 ekor/m2 . Lantai kandang di lapisi sekam padi yang kering, tempat bertelur dilapisi jerami atau rumput kering.
Adapun macam-macam kandang yang biasa diperuntukkan untuk itik yaitu :
*        Kandang Boks (Kandang DOD/fase stater).
Kandang ini untuk anak itik umur 1 hari s.d 3 minggu, terbuat dari papan atau bambu dengan alas lantai dari kawat kasa atau dari anyaman bambu dengan jarak 1 s.d 1,5 cm. Setiap 1m2 kandang boks mampu menampung 50 ekor DOD.
*        Kandang Ren
Kandang ini diperuntukkan bagi itik dara dan dewasa. Kandang ini sebagian di beri atap dan sebagian terbuka dan hanya di batasi pagar keliling.
*        Kandang Koloni/Postal
Seluruh bagian kandang tertutup rapat dan tidak ada ruangan terbuka berupa halaman umbaran yang dapat di pakai itik untuk bermain-main.
*        Kandang Beterai
Kandang ini dibuat berupa sekat kotak dan setiap kotak diisi se-ekor itik. Kandang ini diperuntukan bagi itik dewasa atau itik layer siap bertelur. Ukuran kandang baterai 45 x 35 cm dengan tinggi 60 cm. Bahan kandang ini dapat dari bambu atau kawat.
3. Pakan
Untuk pemeliharaan itik petelur secara intesif pakan merupakan salah satu yang perlu diperhatikan secara serius, karena lebih dari 70 % biaya dari budidaya itik yaitu untuk pengadaan pakan. Adapun beberapa pilihan formulasi pakan berdasarkan musim atau kondisi cuaca dapat diperhatikan di bawah ini.
Formulasi pakan untuk musim kemarau
20 kg pakan untuk 100 ekor itik fase layer dengan komposisi sebagai berikut :
Ø  15 kg bekatul,
Ø  2 kg konsentrat,
Ø  3 kg jagung.
Formulasi pakan untuk musim hujan
Jagung diberikan dalam jumlah lebih banyak hal ini untuk menjaga kehangatan tubuh itik, adapun komposisinya yaitu :
Ø  10 kg bekatul,
Ø  3 kg konsentrat,
Ø  7 kg jagung.
Formulasi pakan hasil pengalaman pribadi
Untuk 100 kg bahan pakan dengan komposisi sebagai berikut :
Ø 
Dapat menghasilkan produksi telur sampai 70 %
Dedak halus 40 kg,
Ø  Jagung giling atau menir 28 kg,
Ø  Konsentrat (Hypropit 144) 32 kg,
Ø  Mineral 2 kg
Formulasi pakan berdasarkan literatur
Adapun formulasi pakan yang biasa disajikan dalam literatur dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini.
Bahan Baku
DOD/Anak Iitik
(0 hari s.d 6 minggu)
Dara
(7 s.d 22 minggu)
Layer
(> 23 minggu)
Jagung giling
Bekatul
Bungkil kelapa
Bungkil kedelai
Tepung daun lamtoro
Tepung ikan
Rumput kering
Tepung kulit kerang
Tepung tulang
Garam
40
15
4,5
20
5
10
3
1
1
0,5
45
15
4,5
15
5
10
2
2
1
0,5
40
20
10
10
5
9,5
-
4
1
0,5
Jumlah (Kg)
100
100
100
Sumber : Murtidjo, 1995.
Kapasitas pemberian pakan untuk itik fase layer yaitu 150 s.d 180 gram/ekor/hari yang diberikan tiga kali dalam sehari yaitu :
Pagi pukul 07.00 antara 60 s.d 70 gram
Siang pukul 13.00 antara 30 s.d 40 gram
Sore pukul 16.00 antara 60 s.d 70 gram
Adapun kebutuhan nutrisi itik petelur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Nutrisi
DOD/Anak Iitik
(0 hari s.d 4 minggu)
Dara
(5 s.d 20 minggu)
Layer
(21 minggu s.d afkir)
Protein
Energi metabolisme (kkal)
Serat kasar (%)
Lemak (%)
Kalsium (%)
Fosfor (%)
Asam amino
- Metionin (%)
- Lisin (%)
- Triptofan (%)
Vitamin
- Vit. A (IU/kg)
- Vit. D3 (ICU/kg)
- Vit. E (IU/kg)
- Vit. K (mg/kg)
- Vit. B2 (mg/kg)
- Vit. B12 (mg/kg)
18 – 20
3.000
4 – 7
4 – 7
0,90
0,70

0,40
1,10
0,24

8.800
1.100
5,50
2,20
4,40
8,40
14 – 16
2.800
6 – 9
3 – 6
0,80
0,70

0,35
0,80
0,20

6.600
880
2,20
2,20
4,40
4,40
15 – 17
2.900
6 – 9
4 – 7
0,80
0,50

0,30
0,70
-

6.600
880
1,10
1,10
3,30
4,40
Sumber : Murtidjo, 1995.
4. Tatalaksana Pemeliharaan
a) Kepadatan kandang
Itik ditempatkan pada kandang yang memenuhi syarat seperti yang di jelaskan dimuka dengan luas kandang untuk itik berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut.
Umur
Luas Kandang (m2/ekor)
1 hari s.d 1 minggu
2 minggu s.d 3 minggu
3 minggu s.d 4 minggu
4 minggi s.d 5 minggu
6 minggu s.d 8 minggu
0,03
0,07
0,09
0,11
0,15
Sumber : Peni S. Hardjosworo, 1980.
Suhu udara ideal kandang bagi itik dewasa yaitu 21 sampai dengan 22 0C (70 0F).
b) Pakan dan minum
Itik yang baru dibeli jangan tergesa-gesa diberi makan, berikan dulu minuman segar berupa susu kental manis atau air segar yang dicampur dengan gula, hal ini bertujuan untuk menghindari stres karena perpindahan tempat. Kemudian setelah 1 jam itik diberi pakan sesuai takaran kebutuhannya.
Secara garis besar kebutuhan makanan dan air minum untuk 100 ekor itik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Umur (hari)
Jumlah Pakan (Kg)
Jumlah Air Minum (liter)
1 -7
8 – 14
15 – 21
22 – 28
1,5
3,1
4,0
6,1
3,2
7,2
10,4
13,6
Sumber : Murtidjo, 1995.
Air minum bagi itik harus disediakan dalam jumlah yang tidak terbatas (adlibitum) karena apabila itik kekurangan zat cairan dalam tubuhnya hanya 10 % saja akan mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuhnya.
c)  Kebersihan dan sanitasi kandang
Kebersihan kandang harus senantiasa di perhatikan dan dilakukan dengan rutin, sebelum kandang dan peralatan digunakan di lakukan fumigasi dan pencucian peralatan agar  terhindar dari berbagai penyakit yang dapat menggangu itik.
Alas kandang harus selalu kering dan apabila sekam sudah tidak mampu menampung faeces maka dilakukan penggantian sekam. Kandang harus bebas dari bakteri, virus dan protozoa dengan menyemprot kandang dengan larutan disenfektan secara rutin 3 sampai dengan 4 bulan sekali.
d) Pengaturan pencahayaan
Cahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam budidaya unggas petelur khususnya itik. Intensitas cahaya yang diperlukan itik petelur adalah 5 watt/M2 atau 60 watt/12 M2.
Disarankan agar produksi telur itik dapat maksimal maka pencahayaan harus diberikan selama 24 jam, yaitu 12 jam cahaya alam yang didapat dari cahaya matahari (pagi s.d sore hari) dan 12 jam cahaya lampu  (sore s.d pagi hari). Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian dan kaji terap ternak unggas yang memperoleh cahaya lebih lama akan menghasilkan produksi lebih tinggi jika dibanding dengan ternak yang kurang mendapat perlakuan pencahayaan.
e) Pencatatan/recording
Recording diperlukan karena dapat mengetahui keadaan ternak itik yang dipelihara, baik itu keadaan prosentase produksi telur, perkembangan jumlah itik yang dipelihara, silsilah pembibitan/persilangan indukan, dan lain sebagainya yang dicatat sampai itik menginjak masa afkir.

V. Penyakit
Penyebab penyakit yang sebenarnya diakibatkan karena virus, bakteri dan protozoa. Adapun penyakit yang biasa menyerang itik yaitu :
1. Salmonella/Salmonellosis (Coryza/Snot)
Disebabkan bakteri Salmonella typhimurium yang biasa menyebar melalui sisa makanan, bakan pakan dan tempat minum. Penyebab yang lain yaitu kandang terlalu padat dan sirkulasi udara buruk.
Itik yang pernah terjangkit penyakit Salmonella walau itik tersebut sudah sembuh tetap bertindak sebagai Carrier dan menghasilkan telur serta anak itik yang tercemar bakteri salmonella.
Ciri-ciri itik yang terserang salmonella yaitu :
ü Pernafasan cepat seperti menelan udara lalau dapat mati dalam waktu 24 s.d 48 jam,
ü Mengeluarkan lendir dan kotoran dari mata, hidung, mulut dan kloaka serta biasanya disertai dengan diare atau sering buang air dengan kondisi faeces mencret,
ü Muka tampak bengkak,
ü Bila dilakukan bedah bangkai usus tampak berdarah, limpa dan hati bengkak.
Pengobatannya dilakukan dengan Theraphy/Doxifit/Sulfadimidin yang dicampur air minum dengan dosis sesuai merk dagang yang tertera pada kemasan obat tersebut.
Adapun upaya pencegahannya dilakukan sanitasi kandang, menjaga kebersihan kandang secara rutin dan memastikan sirkulasi udara dalam kandang dalam kondisi baik.
2. CRD (Cronia Resparator Diesease)
Disebabkan bakteri. Selain itu penyebab lain yaitu alas kandang kondisinya becek.
Adapun ciri dari itik yang terserang CRD yaitu sesak nafas.
Pengobatannya dilakukan dengan Sulfamix/Tretacore yang dicampur air minum dengan dosis sesuai merk dagang yang tertera pada kemasan obat tersebut.
Adapun upaya pencegahannya yaitu alas kandang harus dalam kondisi kering, membersihkan kandang secara rutin.
3. Cholera
Disebabkan bakteri Pasteurela avicida yang masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga terjadi infeksi darah. Pada kondisi ini itik mengalami kesakitan yang cukup parah. Kematian dapat terjadi secara mendadak, yang tadinya sore hari masih tampak segar bugar dapat ditemukan mati pada pagi hari. Tapi ada pula yang mampuh bertahan 1 sampai dengan 2 hari sebelum mati. Penyebab yang lain yaitu kondisi sanitasi kandang buruk dan kedinginan yang berlebihan.
Ciri-ciri itik yang terserang cholera yaitu :
ü Diare/mencret,
ü Lumpuh,
ü Faeces berwarna kuning, lama kelamaan berwarna hijau yang dapat mengotori bulu disekitar kloaka,
ü Umumnya matinya ditemukan dalam air atau dekat air.
Pengobatannya yaitu disuntik dengan Penicilin/Streptomocin pada urat daging dada dengan dosis 30.000 IU/ekor itik dewasa.
Adapun upaya pencegahan dilakukan dengan cara perbaikan sanitasi kandang dan mengurangi kepadatan kandang.
4. Botulism limbernik/Lumpuh
Disebabkan jamur Aplatoxin. Jamur ini terdapat pada sisa pakan yang sudah beraroma busuk dan berjamur. Penyebab lain yaitu itik memakan bangkai dan kura-kura.
Ciri-ciri itik yang terserang Botulism limbernik yaitu :
ü Kepala ditahan pada lantai,
ü Tidak mampu berdiri, sekalinya bisa berjalan hanya sempoyongan/ngesot (Lumpuh),
ü Bulu tampak kusam,
ü Nafsu makan menurun.
Upaya pengobatannya masih belum dapat dilakukan dengan maksimal, akan tetapi ada cara menanggulangi penyakit ini yaitu itik diberi pencahar agar isi perut keluar semua bersama faeces yang dikeluarkan. Namun cara ini tingkat keberhasilannya hanya 50 : 50 saja.
Adapun upaya pencegahan yaitu itik jangan diberi pakan sisa atau cegah itik memakan bangkai. Begitu juga awasi jangan sampai itik memakan kura-kura, baik yang masih hidup apa lagi yang sudah menjadi bangkai.


VI. Panen & Pasca Panen
Telur merupakan hasil utama dari usaha budidaya itik petelur. Hasil sampingannya dapat berupa daging dari itik hasil culling dan afkir. Hasil sampingan yang lain yaitu berupa kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Telur biasa diambil di pagi hari, karena itik selalu bertelur saat menjelang fajar. Setelah telur diambil dari kandag, telur jangan dicuci karena hal itu dapat menghilangkan lapisan yang membungkus cangkang telur sehingga daya simpan telur menjadi singkat.
Telur ditumpuk pada peti telur (egg trai) atau tempat yang sejenisnya lalu disimpan ditempat yang terhindar dari sinar matahari serta aman dari hama tikus maupun predator lainnya.
Kegiatan pasca panen biasanya dilakukan dengan maksud mengawetkan telur agar daya simpan telur dapat bertahan lebih lama, sebab telur hanya tahan disimpan selama 14 hari pada suhu ruangan lebih dari itu telur akan membusuk. Adapun beberapa cara pengawetan telur yang biasa dilakukan di kalangan masyarakat yang biasa beternak itik yaitu mengawetkannya dengan air hangat, mengawetkan dengan daun jambu biji, mengawetkan dengan minyak kelapa, mengawetkan dengan natrium silikat dan mengawetkan dengan garam dapur.
Selain mengawetkannya, biasanya telur diolah menjadi produk lain sehingga dapat meningkatkan nilai tambah seperti diolah menjadi telur beku, tepung telur, telur asin, telur pidan dan banyak lagi yang lainnya.

VII. Pemasaran
Peluang pasar untuk memasarkan telur itik tidaklah sulit, cukup mengantarkannya ke pasar atau grosir/toko sembako pastilah diterima dengan senang hati. Atau tanpa kita memasarkannya sendiri biasanya ada tengkulak yang datang untuk memborong telur yang dihasilkan oleh ternak itik kesayangan kita. Bahkan setiap harinya pasti ada dari tetangga kita yang membeli telur dengan rutin  walau jumlahnya tidak banyak.
Begitu pula dengan memasarkan produk sampingan berupa daging dan faeces tidaklah sulit. Untuk memasarkan itik afkir biasanya ada tengkulak yang memborongnya. Lebih dari itu, apabila kita menjual itik afkir pada hari raya keagamaan atau hari besar lainnya sesuai kepercayaan adat dan budaya masyarakat maka tetangga dan masyarakat kampung akan menyerbu itik afkir yang kita jual, sehingga harga yang diperoleh lebih tinggi.
Sedangkan untuk memasarkan hasil sampingan yang lain berupa faeces atau kotoran yang digunakan untuk pupuk tidaklah sulit. Biasanya tengkulak akan memborongnya atau dapat pula kita gunakan sendiri sebagai pupuk untuk ladang yang kita miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar