BERTERNAK ITIK SECARA INTENSIF
I. Pendahuluan
Secara garis besar peternakan itik di dunia berkembang
sangat pesat, pada awalnya di budidayakan secara ekstensif berkembang menjadi
semi intensif dan hingga pada saat ini di kembangkan secara intensif.
Dalam dunia pertanian istilah intensifikasi merupakan
paduan kegiatan yang menyangkut penggunaan teknologi, manajemen dan efisiensi
penggunaan lahan yang memberi daya guna optimal. Demikian juga usaha
pemeliharaan itik intesif dapat diartikan sebagai usaha peningkatan cara
pemeliharaan dari tradisional kearah yang lebih mendukung produktifitas.
Dari penelitian yang dilakukan Balai Penelitian Peternakan
Ciawi Bogor bahwa pemeliharaan itik secara intesif potensi produksi rata-rata
dapat tercapai 60 % atau sekitar 220 butir/ekor/tahun. Jika komposisi
makanannya terdiri atas protein 15 s.d 1 7 %, energi metabolisme 2.900 kkal/kg,
serta kalsium dan fosfat 1,3 %. Kenyataan ini menunjukan bahwa pemeriharaan
secara intesif sanggup menaikan tingkat produksi telur sekitar 37,5 %, di banding
cara tradisonal yang hanya 10 s.d 41 % atau rata-rata 22,5 % artinya jumlah
telur yang dihasilkan hanya sekitar 82 butir/ekor/tahun.
II. Sejarah Itik
Menurut sejarah Pustaka, nenek moyang itik berasal dari
Amerika Utara. Nenek moyang itik ini merupakan itik liar (Anas moscha) atau wild mallaard. Selanjutnya
itik liar ini dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara
sekarang yang disebut Anas domesticus
(Suharno Bambang, Amri Khairul, 1995).
III. Sifat-Sifat Itik
Di banding dengan unggas lain, itik memiliki keunggulan
sebagai berikut :
ü Mampu
mempertahankan produksi telur lebih lama,
ü Bila
dipelihara dengan sistem pengelolaan yang sederhana sekalipun, itik masih mampu
berproduksi dengan baik,
ü Umumnya
tingkat morbilitas dan mortalitas rendah,
ü Itik
selalu bertelur di pagi hari, dengan demikian kegiatan pengambilan telur
dilakukan sekali sehari sebagai peternak dapat melakukan kegiatan lainnya,
ü Dengan
pakan yang berkualitas rendah itik masih mampu bertelur,
ü Telurnya
baik dijadikan untuk telur asin dan jamu.
IV. Jenis-Jenis Itik
Tidak semua itik potensial sebagai penghasil telur. Itik-itik
yang mampu bertelur cukup banyak dan secara ekonomis menguntungkan yang digolongkan
sebagai itik petelur. Di antara itik-itik petelur ini ada beberapa yang
merupakan petelur unggul yang sering kali dijuluki sebagai mesin telur.
Beberapa jenis itik petelur yang dikenal di indonesia
antara lain :
ü
Khaki Campbell,
ü
CV 2000,
ü
Tegal,
ü
Alabio,
ü
Bali,
ü
Mojosari.
Adapun
kemampuan produksi telur dan bobot telur dari jenis-jenis itik tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Jenis Itik
|
Jumlah Telur(Butir/Thn/ekor)
|
Bobot Telur (Gram/butir)
|
Khaki Campbell
CV 2000
Tegal
Mojosari
Alabio
Bali
|
300 – 330
285 – 286
150 – 250
200 – 265
130 – 250
153 – 250
|
60
75
65 s.d 70
70
65 s.d 70
59 s.d 65
|
Sumber : Balitnak Ciawi Bogor.
V. Sapta Usahatani
Budidaya Itik
Dalam budidaya itik lebih menguntungkan apabila kita
memulainya dengan memelihara itik pada fase layer
yaitu itik yang sudah siap untuk memproduksi telur. Adapun usia itik yang sudah
dapat menghasilkan telur yaitu antara 6 s.d 7 bulan.
Perbandingan populasi itik petelur yaitu 50 ekor betina : 1
ekor jantan, kalau untuk ditetaskan yaitu 1 ekor jantan : 5 s.d 10 ekor betina.
1. Bibit
Adapun langkah awal
dalam pemilihan bibit itik yang unggul yaitu :
ü
Kepala halus, pipih dan papar,
ü
Letak mata agak tinggi, menonjol dan bercahaya,
ü
Leher langsing, bulat dan tegak,
ü
Sayap rapat pada badan dan ujungnya tersusun
rapih pada pangkal ekor,
ü
Penampilan lincah dan gesit,
ü
Kaki nampak kokoh,
ü
Berasal dari keturunan yang dapat berproduksi
tinggi dan tidak cacat.
2. Kandang
Kandang harus sudah tersedia sebelum budidaya itik
berlangsung. Adapun syarat-syarat kandang yang akan digunakan dalam budidaya
itik yaitu :
ü
Kandang harus sejuk dengan ventilasi udara baik,
ü
Bagian kandang banyak terbuka,
ü
Jauh dari pemukiman penduduk,
ü
Posisi kandang panjangnya menghadap ke timur dan
barat dan lebarnya menghadap keutara dan selatan,
ü
Suasana lingkungan kandang tenang dan tidak
bising,
ü
Ketersediaan air berlimpah,
ü
Kebersihan kandang selalu terjaga dan selalu
kering.
Peternak harus mengetahui bahwa kepadatan kandang yaitu 5
s.d 6 ekor/m2, sedangkan kepadatan halaman 2 s.d 3 ekor/m2
. Lantai kandang di lapisi sekam padi yang kering, tempat bertelur
dilapisi jerami atau rumput kering.
Adapun macam-macam kandang yang biasa diperuntukkan untuk
itik yaitu :
Kandang Boks
(Kandang DOD/fase stater).
Kandang ini untuk anak itik umur 1 hari s.d 3 minggu, terbuat
dari papan atau bambu dengan alas lantai dari kawat kasa atau dari anyaman
bambu dengan jarak 1 s.d 1,5 cm. Setiap 1m2 kandang boks mampu
menampung 50 ekor DOD.
Kandang
Ren
Kandang ini diperuntukkan bagi itik dara dan dewasa. Kandang
ini sebagian di beri atap dan sebagian terbuka dan hanya di batasi pagar
keliling.
Kandang
Koloni/Postal
Seluruh bagian kandang tertutup rapat dan tidak ada ruangan
terbuka berupa halaman umbaran yang dapat di pakai itik untuk bermain-main.
Kandang
Beterai
Kandang ini dibuat berupa sekat kotak dan setiap kotak
diisi se-ekor itik. Kandang ini diperuntukan bagi itik dewasa atau itik layer siap bertelur. Ukuran kandang
baterai 45 x 35 cm dengan tinggi 60 cm. Bahan kandang ini dapat dari bambu atau
kawat.
3. Pakan
Untuk pemeliharaan itik petelur secara intesif pakan
merupakan salah satu yang perlu diperhatikan secara serius, karena lebih dari
70 % biaya dari budidaya itik yaitu untuk pengadaan pakan. Adapun beberapa
pilihan formulasi pakan berdasarkan musim atau kondisi cuaca dapat diperhatikan
di bawah ini.
Formulasi pakan
untuk musim kemarau
20 kg pakan untuk 100 ekor itik fase layer dengan komposisi sebagai berikut :
Ø
15 kg bekatul,
Ø
2 kg konsentrat,
Ø
3 kg jagung.
Formulasi pakan untuk musim hujan
Jagung diberikan dalam jumlah lebih banyak
hal ini untuk menjaga kehangatan tubuh itik, adapun komposisinya yaitu :
Ø 10
kg bekatul,
Ø 3
kg konsentrat,
Ø 7
kg jagung.
Formulasi pakan hasil
pengalaman pribadi
Untuk 100 kg bahan pakan dengan komposisi sebagai berikut :
Ø
Dapat menghasilkan produksi telur sampai 70 %
|
Ø
Jagung giling atau menir 28 kg,
Ø
Konsentrat (Hypropit
144) 32 kg,
Ø
Mineral 2 kg
Formulasi pakan berdasarkan literatur
Adapun formulasi pakan yang biasa disajikan
dalam literatur dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini.
Bahan Baku
|
DOD/Anak Iitik
(0 hari s.d 6 minggu)
|
Dara
(7 s.d 22 minggu)
|
Layer
(> 23 minggu)
|
Jagung giling
Bekatul
Bungkil kelapa
Bungkil kedelai
Tepung daun lamtoro
Tepung ikan
Rumput kering
Tepung kulit kerang
Tepung tulang
Garam
|
40
15
4,5
20
5
10
3
1
1
0,5
|
45
15
4,5
15
5
10
2
2
1
0,5
|
40
20
10
10
5
9,5
-
4
1
0,5
|
Jumlah (Kg)
|
100
|
100
|
100
|
Sumber : Murtidjo, 1995.
Kapasitas pemberian pakan untuk itik fase layer yaitu 150 s.d 180 gram/ekor/hari
yang diberikan tiga kali dalam sehari yaitu :
Pagi pukul 07.00 antara 60 s.d 70
gram
Siang pukul 13.00 antara 30 s.d
40 gram
Sore pukul 16.00 antara 60 s.d 70
gram
Adapun kebutuhan nutrisi itik petelur dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Nutrisi
|
DOD/Anak Iitik
(0 hari s.d 4 minggu)
|
Dara
(5 s.d 20 minggu)
|
Layer
(21 minggu s.d afkir)
|
Protein
Energi metabolisme
(kkal)
Serat kasar (%)
Lemak (%)
Kalsium (%)
Fosfor (%)
Asam amino
- Metionin (%)
- Lisin (%)
- Triptofan (%)
Vitamin
- Vit. A (IU/kg)
- Vit. D3 (ICU/kg)
- Vit. E (IU/kg)
- Vit. K (mg/kg)
- Vit. B2 (mg/kg)
- Vit. B12 (mg/kg)
|
18 – 20
3.000
4 – 7
4 – 7
0,90
0,70
0,40
1,10
0,24
8.800
1.100
5,50
2,20
4,40
8,40
|
14 – 16
2.800
6 – 9
3 – 6
0,80
0,70
0,35
0,80
0,20
6.600
880
2,20
2,20
4,40
4,40
|
15 – 17
2.900
6 – 9
4 – 7
0,80
0,50
0,30
0,70
-
6.600
880
1,10
1,10
3,30
4,40
|
Sumber : Murtidjo, 1995.
4. Tatalaksana Pemeliharaan
a)
Kepadatan
kandang
Itik ditempatkan pada kandang yang memenuhi syarat seperti
yang di jelaskan dimuka dengan luas kandang untuk itik berdasarkan usia dapat
dilihat pada tabel berikut.
Umur
|
Luas Kandang (m2/ekor)
|
1 hari s.d 1 minggu
2 minggu s.d 3
minggu
3 minggu s.d 4
minggu
4 minggi s.d 5
minggu
6 minggu s.d 8
minggu
|
0,03
0,07
0,09
0,11
0,15
|
Sumber : Peni S. Hardjosworo, 1980.
Suhu udara ideal kandang bagi itik dewasa yaitu 21 sampai
dengan 22 0C (70 0F).
b) Pakan dan minum
Itik yang baru dibeli jangan tergesa-gesa
diberi makan, berikan dulu minuman segar berupa susu kental manis atau air
segar yang dicampur dengan gula, hal ini bertujuan untuk menghindari stres
karena perpindahan tempat. Kemudian setelah 1 jam itik diberi pakan sesuai
takaran kebutuhannya.
Secara garis besar kebutuhan makanan dan
air minum untuk 100 ekor itik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Umur (hari)
|
Jumlah Pakan (Kg)
|
Jumlah Air Minum (liter)
|
1 -7
8 – 14
15 – 21
22 – 28
|
1,5
3,1
4,0
6,1
|
3,2
7,2
10,4
13,6
|
Sumber : Murtidjo, 1995.
Air minum bagi itik harus disediakan dalam jumlah yang
tidak terbatas (adlibitum) karena
apabila itik kekurangan zat cairan dalam tubuhnya hanya 10 % saja akan
mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuhnya.
c) Kebersihan dan sanitasi kandang
Kebersihan kandang harus senantiasa di perhatikan
dan dilakukan dengan rutin, sebelum kandang dan peralatan digunakan di lakukan
fumigasi dan pencucian peralatan agar
terhindar dari berbagai penyakit yang dapat menggangu itik.
Alas kandang harus selalu kering dan
apabila sekam sudah tidak mampu menampung faeces
maka dilakukan penggantian sekam. Kandang harus bebas dari bakteri, virus dan
protozoa dengan menyemprot kandang dengan larutan disenfektan secara rutin 3 sampai dengan 4 bulan sekali.
d) Pengaturan pencahayaan
Cahaya merupakan bagian yang sangat penting
dalam budidaya unggas petelur khususnya itik. Intensitas cahaya yang diperlukan
itik petelur adalah 5 watt/M2 atau 60 watt/12 M2.
Disarankan agar produksi telur itik dapat
maksimal maka pencahayaan harus diberikan selama 24 jam, yaitu 12 jam cahaya
alam yang didapat dari cahaya matahari (pagi s.d sore hari) dan 12 jam cahaya
lampu (sore s.d pagi hari). Hal tersebut
didasarkan pada hasil penelitian dan kaji terap ternak unggas yang memperoleh
cahaya lebih lama akan menghasilkan produksi lebih tinggi jika dibanding dengan
ternak yang kurang mendapat perlakuan pencahayaan.
e) Pencatatan/recording
Recording
diperlukan karena dapat mengetahui keadaan ternak itik yang dipelihara,
baik itu keadaan prosentase produksi telur, perkembangan jumlah itik yang
dipelihara, silsilah pembibitan/persilangan indukan, dan lain sebagainya yang
dicatat sampai itik menginjak masa afkir.
V. Penyakit
Penyebab penyakit yang sebenarnya diakibatkan karena virus, bakteri dan protozoa. Adapun penyakit
yang biasa menyerang itik yaitu :
1.
Salmonella/Salmonellosis (Coryza/Snot)
Disebabkan bakteri Salmonella
typhimurium yang biasa menyebar melalui sisa makanan, bakan pakan dan
tempat minum. Penyebab yang lain yaitu kandang terlalu padat dan sirkulasi udara
buruk.
Itik yang pernah terjangkit penyakit Salmonella walau itik
tersebut sudah sembuh tetap bertindak sebagai Carrier dan menghasilkan telur serta anak itik yang tercemar
bakteri salmonella.
Ciri-ciri itik yang terserang salmonella yaitu :
ü Pernafasan
cepat seperti menelan udara lalau dapat mati dalam waktu 24 s.d 48 jam,
ü Mengeluarkan
lendir dan kotoran dari mata, hidung, mulut dan kloaka serta biasanya disertai
dengan diare atau sering buang air dengan kondisi faeces mencret,
ü Muka
tampak bengkak,
ü Bila
dilakukan bedah bangkai usus tampak berdarah, limpa dan hati bengkak.
Pengobatannya dilakukan dengan Theraphy/Doxifit/Sulfadimidin yang
dicampur air minum dengan dosis sesuai merk dagang yang tertera pada kemasan obat
tersebut.
Adapun upaya pencegahannya dilakukan
sanitasi kandang, menjaga kebersihan kandang secara rutin dan memastikan
sirkulasi udara dalam kandang dalam kondisi baik.
2.
CRD (Cronia Resparator Diesease)
Disebabkan bakteri. Selain itu penyebab lain yaitu alas
kandang kondisinya becek.
Adapun ciri dari itik yang terserang CRD yaitu sesak nafas.
Pengobatannya dilakukan dengan Sulfamix/Tretacore yang dicampur air
minum dengan dosis sesuai merk dagang yang tertera pada kemasan obat tersebut.
Adapun upaya pencegahannya yaitu alas kandang harus dalam
kondisi kering, membersihkan kandang secara rutin.
3.
Cholera
Disebabkan bakteri Pasteurela
avicida yang masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga terjadi infeksi darah.
Pada kondisi ini itik mengalami kesakitan yang cukup parah. Kematian dapat terjadi
secara mendadak, yang tadinya sore hari masih tampak segar bugar dapat
ditemukan mati pada pagi hari. Tapi ada pula yang mampuh bertahan 1 sampai
dengan 2 hari sebelum mati. Penyebab yang lain yaitu kondisi sanitasi kandang
buruk dan kedinginan yang berlebihan.
Ciri-ciri itik yang terserang cholera yaitu :
ü Diare/mencret,
ü Lumpuh,
ü Faeces berwarna kuning, lama kelamaan
berwarna hijau yang dapat mengotori bulu disekitar kloaka,
ü Umumnya
matinya ditemukan dalam air atau dekat air.
Pengobatannya yaitu disuntik dengan Penicilin/Streptomocin pada urat daging
dada dengan dosis 30.000 IU/ekor itik dewasa.
Adapun upaya pencegahan dilakukan dengan
cara perbaikan sanitasi kandang dan mengurangi kepadatan kandang.
4.
Botulism limbernik/Lumpuh
Disebabkan jamur Aplatoxin.
Jamur ini terdapat pada sisa pakan yang sudah beraroma busuk dan berjamur.
Penyebab lain yaitu itik memakan bangkai dan kura-kura.
Ciri-ciri itik yang terserang Botulism limbernik yaitu :
ü Kepala
ditahan pada lantai,
ü Tidak
mampu berdiri, sekalinya bisa berjalan hanya sempoyongan/ngesot (Lumpuh),
ü Bulu
tampak kusam,
ü Nafsu
makan menurun.
Upaya pengobatannya masih belum dapat
dilakukan dengan maksimal, akan tetapi ada cara menanggulangi penyakit ini
yaitu itik diberi pencahar agar isi perut keluar semua bersama faeces yang dikeluarkan. Namun cara ini
tingkat keberhasilannya hanya 50 : 50 saja.
Adapun upaya pencegahan yaitu itik jangan diberi
pakan sisa atau cegah itik memakan bangkai. Begitu juga awasi jangan sampai
itik memakan kura-kura, baik yang masih hidup apa lagi yang sudah menjadi
bangkai.
VI. Panen & Pasca Panen
Telur merupakan hasil utama dari usaha budidaya itik
petelur. Hasil sampingannya dapat berupa daging dari itik hasil culling dan afkir. Hasil sampingan yang
lain yaitu berupa kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Telur biasa diambil di pagi hari, karena itik selalu
bertelur saat menjelang fajar. Setelah telur diambil dari kandag, telur jangan
dicuci karena hal itu dapat menghilangkan lapisan yang membungkus cangkang
telur sehingga daya simpan telur menjadi singkat.
Telur ditumpuk pada peti telur (egg trai) atau tempat yang sejenisnya lalu disimpan ditempat yang
terhindar dari sinar matahari serta aman dari hama tikus maupun predator
lainnya.
Kegiatan pasca panen biasanya dilakukan dengan maksud
mengawetkan telur agar daya simpan telur dapat bertahan lebih lama, sebab telur
hanya tahan disimpan selama 14 hari pada suhu ruangan lebih dari itu telur akan
membusuk. Adapun beberapa cara pengawetan telur yang biasa dilakukan di
kalangan masyarakat yang biasa beternak itik yaitu mengawetkannya dengan air
hangat, mengawetkan dengan daun jambu biji, mengawetkan dengan minyak kelapa,
mengawetkan dengan natrium silikat dan mengawetkan dengan garam dapur.
Selain mengawetkannya, biasanya telur diolah menjadi produk
lain sehingga dapat meningkatkan nilai tambah seperti diolah menjadi telur
beku, tepung telur, telur asin, telur pidan dan banyak lagi yang lainnya.
VII. Pemasaran
Peluang pasar untuk memasarkan telur itik tidaklah sulit, cukup
mengantarkannya ke pasar atau grosir/toko sembako pastilah diterima dengan
senang hati. Atau tanpa kita memasarkannya sendiri biasanya ada tengkulak yang
datang untuk memborong telur yang dihasilkan oleh ternak itik kesayangan kita. Bahkan
setiap harinya pasti ada dari tetangga kita yang membeli telur dengan
rutin walau jumlahnya tidak banyak.
Begitu pula dengan memasarkan produk sampingan berupa
daging dan faeces tidaklah sulit.
Untuk memasarkan itik afkir biasanya ada tengkulak yang memborongnya. Lebih
dari itu, apabila kita menjual itik afkir pada hari raya keagamaan atau hari
besar lainnya sesuai kepercayaan adat dan budaya masyarakat maka tetangga dan
masyarakat kampung akan menyerbu itik afkir yang kita jual, sehingga harga yang
diperoleh lebih tinggi.
Sedangkan
untuk memasarkan hasil sampingan yang lain berupa faeces atau kotoran yang digunakan untuk pupuk tidaklah sulit.
Biasanya tengkulak akan memborongnya atau dapat pula kita gunakan sendiri
sebagai pupuk untuk ladang yang kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar